Oleh Hadi Purnama
Lebih sepuluh tahun lalu
negara-negara industri maju yang tergabung dalam G-8 memprediksi teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) akan menjadi lokomotif penting yang akan menghela
pertumbuhan ekonomi dunia di abad ke-21.
Prediksi itu tampak-nya mulai terbukti satu dekade kemudian.
Wajah dunia saat ini memang
telah berubah drastis seiring kian merasuknya peran dan sekaligus pengaruh
internet di hampir setiap aktivitas manusia. Bermula sebagai media komunikasi
dan informasi di lingkungan militer dan kalangan ilmuwan, di kemudian hari
internet merambah ke sektor bisnis formal dan informal.
Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 2 milyar pengguna
internet di seluruh dunia, atau hampir sepertiga jumlah penduduk dunia saat ini
yang mencapai 6,9 milyar jiwa. Dan, Asia dinobatkan sebagai pengguna internet
terbesar dengan angka 44 persen dari total populasi pengguna internet (sumber: http://www.internetworld-stats.com/stats.htm).
Makin banyaknya pengguna internet menunjukkan kian
bergesernya peran media konvensional lain, semisal surat kabar, radio dan
televisi. Internet sekarang bukan hanya media sosial untuk sekadar chat, melainkan telah bertransformasi
menjadi media bisnis yang kian diperhitungkan. Ini tidak bisa dilepaskan dari beberapa
karakteristik yang dimiliki internet – sekaligus menjadi daya tariknya -
seperti interaktifitas, hipertektualitas, bersifat multimedia, personalisasi, real time, serta berdaya jangkau global.
Hadirnya internet di ranah ekonomi mendorong lahirnya
inovasi bisnis yang jarang atau belum pernah dilakukannya sebelumnya. Berkembangnya
e-commerce yang mengandalkan sistem
transaksi online melalui Paypal, transfer bank, cash on delivery, kartu kredit dan kartu
debet, telah mengubah budaya berbelanja masyarakat secara fisik menjadi belanja
secara maya.
Fenomena
Dot.com
Munculnya
fenomena bisnis di media online sejak awal dekade 90-an, dikenal dengan sebutan
bisnis dot.com, mendorong tumbuhnya ekonomi baru berbasis internet. Mengguritanya
e-commerce di negara-negara maju merembet ke banyak negara berkembang, Saat ini
AS masih mendominasi e-commerce
global dengan nilai transaksi mencapai US$ 3,2 triliun - atau meraih 47% dari
total nilai e-commerce
global. Namun demikian, di masa mendatang perkembangan e-commerce di
negara-negara Asia dan Eropa diprediksi akan lebih aktif.
Asia menjadi kawasan terpenting saat ini, karena dipandang
menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia, terlebih dengan pertumbuhan ekonomi di
Cina dan India sebagai kekuatan ekonomi baru saat ini dan masa depan. yang
ini pengguna internet menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan pertumbuhan
melebihi 1.000 persen.
Saat ini jumlah pengguna layanan internet di Asia telah
lebih dari 800 juta atau sekitar 41,95 persen dari total pengguna internet di
seluruh dunia yang jumlahnya hampir 2 milyar.
Dorong
Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Ibarat efek domino pengembangan TIK diyakini dapat mendongkrak
pertumbuhan ekonomi jadi lebih cepat, karena setiap adanya tambahan investasi
sebesar 1 persen, akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi 3 – 5 persen.
Terlebih Indonesia yang berpenduduk lebih dari 240 juta jiwa,-
dengan pengguna internet lebih dari 30 juta, menempati urutan kelima terbesar se-Asia -
berpeluang menjadi kekuatan ekonomi baru
di Asia setelah China dan India. Dan sektor e-commerce
akan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Apalagi Dari sisi pertumbuhan pengguna internet, Indonesia juga masuk dalam
kategori lima terbesar dengan tingkat pertumbuhan sekitar 1.400 persen dalam
kurun waktu 10 tahun terakhir.
Data yang dilansir data dari IDC dua tahun silam, menunjukkan
nilai perdagangan lewat internet di Indonesia mencapai sekitar $ 3,4 miliar atau
setara dengan Rp 35 triliun. Sayangnya potensi besar ini belum bisa sepenuhnya ditangkap
oleh pemain lokal. Potensi ekonomi lain dari TIK mampu memberikan sumbangan,
khususnya penerimaan negara yang berasal dari bukan pajak atau PNBP.
Salah satu kuncinya adalah dengan mengembangan teknologi broadband. Sejak broadband dikembangkan
tahun 2009, PNBP naik menjadi Rp10,5 triliun,dari sebelumnya yang hanya Rp. 7
triliun. Tahun 2010 lalu PNBP dai sektor TIK mencapai Rp12,8 triliun. Sedangkan
tahun 2011 PNBB ditargetkan sebesar Rp13-15 triliun.
Bukti lain pentingnya meningkatkan daya saing ekonomi
nasional melalui pemanfaatan media online ditunjukkan dari data Badan Pusat
Statistik (BPS), dimana pertumbuhan
ekonomi terbesar berasal dari bidang teknologi, yakni sekitar 13 persen.
Padahal, mengutip keterangan Tifatul, capaian ekonomi nasional
berbasis media online sebenarnya bisa
lebih dioptimalkan lagi. Mengingat saat ini pemanfaatan internet baru sebatas untuk chatting, email, game online, dan untuk jejaring sosial.
Bukan untuk bisnis atau pendidikan!
Penulis pemerhati media dan staf pengajar Komunikasi pada Sekolah Komunikasi Multimedia, IMTelkom Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar