Kamis, 11 Oktober 2012

MERIAS WAJAH SURATKABAR

Oleh Hadi Purnama


Untuk kali ketiga HU Pikiran Rakyat membuktikan diri sebagai suratkabar dengan perwajahan kover terbaik se-Jawa. Dua kategori penghargaan yang diganjar oleh Indonesia Print Media Award (IPMA) 2012 ini diterima oleh suratkabar kebanggaan masyarakat Jawa Barat pada perayaan Hari Pers Nasional 2012 di Jambi.
Dalam ajang IPMA 2012 HU Pikiran Rakyat mendapat dua kategori peng-hargaan sekaligus. Pertama penghargaa emas untuk kategori desain perwajahan halaman depan (PR edisi 12/2/2011). Kedua, penghargaan perak untuk PR edisi 20 Januari 2011.
Jelas ini penghargaan yang cukup membanggakan. Pertama, anugerah ini diberikan oleh lembaga bergengsi Serikat Perusahaan Suratkabar (SPS). Kedua,  keberhasilan Pikiran Rakyat menyisihkan ratusan suratkabar harian yang terbit di Pulau Jawa. Ketiga, anugerah IPMA menjadi pengakuan tentang pentingnya desain atau rekabentuk suratkabar.
Bertahan di Tengah Perubahan Zaman
Di tengah perubahan zaman yang ditandai oleh pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Saat ini ruang gerak media cetak surat kabar kian sempit seiring menguatnya peranan media elektronik televisi dan Internet. Kehadirnya televisi dan Internet telah menimbulkan benturan yang mengancam eksistensi media cetak yang telah memiliki tradisi cukup panjang.
Data yang dilansir WAN-IFRA menunjukkan kecenderungan penurunan dari tiras suratkabar secara global selama periode 2008-2010. Bila pada tahun 2008 tiras suratkabar masih di kisaran 540 juta, menjadi 528 juta di tahun 2009, dan kembali anjlok di angka 519 juta eksemplar di tahun 2010. Uniknya, pada periode yang sama justru terjadi peningkatan jumlah judul suratkabar. Kondisi yang nyaris sama terjadi di Indonesia, ketika jumlah pengguna suratkabar mengalami penurunan dalam lima tahun terakhir (2005-2010) menjadi hanya 14 persen dari total populasi. 
Melihat tren tersebut, bukan isapan jempol bila prediksi yang dibuat oleh Philip Meyer dalam buku Vanishing Newspaper, tentang tahun 2043 sebagai awal lonceng kematian bagi suratkabar – khususnya di kawasan Amerika Utara – tinggal menunggu waktu. Penyebabnya cukup beragam, diantaranya kian menyusutnya jumlah pembaca suratkabar yang mulai bermigrasi ke televisi, Internet dan media yang memiliki ciri mobilitas tinggi. Terlebih sejak meroketnya popularitas smartphone sebagai gadget yang multifungsi. Juga, makin mahalnya biaya operasional dan produksi suratkabar. 
Namun, di tengah skenario suram tentang masa depan suratkabar, penurunan tiras suratkabar di negara-negara Barat, khususnya Amerika dan Eropa, justru tidak terjadi di banyak negara di Asia dan Amerika Latin. berbagai upaya dilakukan setidaknya untuk memperlambat laju penurunan tiras dan pembaca suratkabar. Sebagai contoh jumlah suratkabar di Jepang cenderung tidak berubah banyak. Begitupun dengan Indonesia. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, selain ditopang tingginya tradisi membaca, masih melimpahnya sumber daya pendukung industri suratkabar dan sisi produksi yang relatif masih kompetitif.
Bukan Sekadar Gincu
Untuk itu dilakukan beragam jurus untuk tetap menjaga loyalitas pembaca suratkabar, selain melakukan pendalaman dari aspek redaksional (content) juga memoles sisi penampilan fisik (context). Rekabentuk merupakan salah satu implementasi bagi industri suratkabar untuk memoles perwajahan suratkabar agar tetap survive. Merekabentuk ullang (redesign) merupakan jawaban untuk merevitalisasi peran suratkabar agar tetap diperhitungkan di tengah ketatnya kompetisi antar platform media saat ini.
Rekabentuk bukan sekadar bertujuan menjadi ”gincu” untuk mempercantik tampilan suratkabar agar menarik perhatian, tetapi juga untuk membentuk identitas media, agar sehinga mudah dikenali dan memikat pembaca. Kemudian untuk menambah keterbacaan informasi dan menarik perhatian pembaca kepada informasi yang disajikan. Rekabentuk juga bertujuan menciptakan pola pengelompokkan informasi untuk memudahkan pencarian informasi. Terakhir tujuan rekabentuk suratkabar untuk  merencanakan bentuk halaman yang indah dan menarik
Rekabentuk suratkabar memiliki beberapa fungsi, pertama fungsi identifikasi ditampilkan melalui ciri khas media, yang tampak pada rancangan logo media (nameplate), frame, ilustrasi dan foto, tipografi hingga warna. Kedua fungsi  informatif, yakni mampu menerangkan serta menguraikan suatu hal  dengan sejelas-jelasnya.Ketiga, fungsi promosi rekabentuk mampu mempengaruhi pelihat atau pembaca untuk agar bertindak atau berperilaku seperti diharapkan perekabentuk. Keempat, rekabentuk surat memiliki fungsi ekspresi karena menjadi ungkapan rasa seni melalui media cetak.
Tidak kalah pentingnya, rekabentuk suratkabar harus mampu menampilkan perwajahan suratkabar yang baik. Syarat yang harus dimiliki perwajahan suratkabar diantaranya kesederhanaan dalam menampilkan rekabentuk, ketepatan menyampaikan pesan dan arah sasaran, serta keindahan dan keserasian dalam bentuk sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dalam waktu singkat.
Harus diakui, sejak dilakukannya redesign beberapa tahun silam, Pikiran Rakyat telah mengalami beberapa perubahan yang cukup signifikan. Selain tampak pada format suratkabar yang lebih ramping, sistem paginasi (penomoran halaman) yang lebih terstruktur, pengaturan kolom yang lebih cair, juga pemanfaatan ilsutrasi  dan infografis yang kini menjadi trend dalam rekabentuk suratkabar kontemporer. Yang cukup mencolok, tentu saja perwajahan halaman muka (kover) yang mulai berani ”menabrak” pakem yang sebelumnya dipegang redaksi dan tim rekabentuk Pikiran Rakyat. Semua itu akhirnya berbuah manis dengan diperolehnya penghargaan dari SPS.
Langkah yang telah ditempuh oleh Pikiran Rakyat, dan ribuan suratkabar lain di dunia, dengan merekabentuk penampilan dan memberdayakan konten merupakan satu dari sekian banyak upaya konkret menahan penurunan tiras suratkabar saat ini. Sehingga, kita patut mengapresiasi prestasi yang sudah ditorehkan Pikiran Rakyat dalam peringatan Hari Pers Nasional 2012, sebagai suratkabar dengan perwajahan terbaik se-Jawa.
 Selamat!

Penulis adalah pengampu MK Rekabentuk Media, staf pengajar SKM IMTelkom Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar