Kamis, 11 Oktober 2012

POTENSI EKONOMI MEDIA ONLINE



Oleh Hadi Purnama

            Lebih sepuluh tahun lalu negara-negara industri maju yang tergabung dalam G-8 memprediksi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan menjadi lokomotif penting yang akan menghela pertumbuhan ekonomi  dunia di abad ke-21. Prediksi itu tampak-nya mulai terbukti satu dekade kemudian.
         Wajah dunia saat ini memang telah berubah drastis seiring kian merasuknya peran dan sekaligus pengaruh internet di hampir setiap aktivitas manusia. Bermula sebagai media komunikasi dan informasi di lingkungan militer dan kalangan ilmuwan, di kemudian hari internet merambah ke sektor bisnis formal dan informal.
         Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 2 milyar pengguna internet di seluruh dunia, atau hampir sepertiga jumlah penduduk dunia saat ini yang mencapai 6,9 milyar jiwa. Dan, Asia dinobatkan sebagai pengguna internet terbesar dengan angka 44 persen dari total populasi pengguna internet (sumber: http://www.internetworld-stats.com/stats.htm).
         Makin banyaknya pengguna internet menunjukkan kian bergesernya peran media konvensional lain, semisal surat kabar, radio dan televisi. Internet sekarang bukan hanya media sosial untuk sekadar chat, melainkan telah bertransformasi menjadi media bisnis yang kian diperhitungkan. Ini tidak bisa dilepaskan dari beberapa karakteristik yang dimiliki internet – sekaligus menjadi daya tariknya - seperti interaktifitas, hipertektualitas, bersifat multimedia, personalisasi, real time, serta berdaya jangkau global.
         Hadirnya internet di ranah ekonomi mendorong lahirnya inovasi bisnis yang jarang atau belum pernah dilakukannya sebelumnya. Berkembangnya e-commerce yang mengandalkan sistem transaksi online melalui Paypal, transfer bank, cash on delivery, kartu kredit dan kartu debet, telah mengubah budaya berbelanja masyarakat secara fisik menjadi belanja secara maya.
Fenomena Dot.com         
Munculnya fenomena bisnis di media online sejak awal dekade 90-an, dikenal dengan sebutan bisnis dot.com, mendorong tumbuhnya ekonomi baru berbasis internet. Mengguritanya e-commerce di negara-negara maju merembet ke banyak negara berkembang, Saat ini AS masih mendominasi e-commerce global dengan nilai transaksi mencapai US$ 3,2 triliun - atau meraih 47% dari total nilai e-commerce global. Namun demikian, di masa mendatang perkembangan e-commerce di negara-negara Asia dan Eropa diprediksi akan lebih aktif.
         Asia menjadi kawasan terpenting saat ini, karena dipandang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dunia, terlebih dengan pertumbuhan ekonomi di Cina dan India sebagai kekuatan ekonomi baru saat ini dan masa depan.  yang   ini pengguna internet menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan pertumbuhan melebihi 1.000 persen.
         Saat ini jumlah pengguna layanan internet di Asia telah lebih dari 800 juta atau sekitar 41,95 persen dari total pengguna internet di seluruh dunia yang jumlahnya hampir 2 milyar.
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Nasional   
         Ibarat efek domino pengembangan TIK diyakini dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi jadi lebih cepat, karena setiap adanya tambahan investasi sebesar 1 persen, akan memberikan dampak pertumbuhan ekonomi 3 – 5  persen.
         Terlebih Indonesia yang berpenduduk lebih dari 240 juta jiwa,- dengan pengguna internet lebih dari 30 juta,  menempati urutan kelima terbesar se-Asia - berpeluang menjadi  kekuatan ekonomi baru di Asia setelah China dan India. Dan sektor e-commerce akan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. Apalagi Dari sisi pertumbuhan pengguna internet, Indonesia juga masuk dalam kategori lima terbesar dengan tingkat pertumbuhan sekitar 1.400 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.
         Data yang dilansir data dari IDC dua tahun silam, menunjukkan nilai perdagangan lewat internet di Indonesia mencapai sekitar $ 3,4 miliar atau setara dengan Rp 35 triliun. Sayangnya potensi besar ini belum bisa sepenuhnya ditangkap oleh pemain lokal. Potensi ekonomi lain dari TIK mampu memberikan sumbangan, khususnya penerimaan negara yang berasal dari bukan pajak atau PNBP.
         Salah satu kuncinya adalah dengan mengembangan teknologi broadband. Sejak broadband dikembangkan tahun 2009, PNBP naik menjadi Rp10,5 triliun,dari sebelumnya yang hanya Rp. 7 triliun. Tahun 2010 lalu PNBP dai sektor TIK mencapai Rp12,8 triliun. Sedangkan tahun 2011 PNBB ditargetkan sebesar Rp13-15 triliun.
         Bukti lain pentingnya meningkatkan daya saing ekonomi nasional melalui pemanfaatan media online ditunjukkan dari data Badan Pusat Statistik (BPS), dimana  pertumbuhan ekonomi terbesar berasal dari bidang teknologi, yakni sekitar 13 persen.
         Padahal, mengutip keterangan Tifatul, capaian ekonomi nasional berbasis media online sebenarnya bisa lebih dioptimalkan lagi. Mengingat saat ini pemanfaatan internet  baru sebatas untuk chatting, email, game online, dan untuk jejaring sosial. Bukan untuk bisnis atau pendidikan!
Penulis pemerhati media dan staf pengajar Komunikasi pada Sekolah Komunikasi Multimedia, IMTelkom Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar